Kamis, 08 Mei 2014

Morfologi Sel Darah Tepi ( Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih )


PENGAMATAN MORFOLOGI SEL DARAH TEPI

A.  TUJUAN PRAKTIKUM

1.  Mahasiswa mampu membuat apusan sel darah tepi dengan baik dan benar
2.  Mengetahui jenis-jenis leokosit dan eritrosit dalaam apusan darah
3.  Mengetahui perbedaan antara jenis sl darah yang di temukan

B. LANDASAN TEORI

Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit, mula-mula dengan perbesaran 100x kemudian dengan perbesaran 1000x dengan minyak immersi, selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. (Widayanti 2008).

v CIRI-CIRI APUSAN YANG BAIK
1.  Pinggir sediaan rata tidak berlubang-lubang
2.  Sediaan tidak melebar sampai pinggir objek glass
3.  Bentuk seperti morfologi SADT
4.  Terdapat bagian tebal dan tipis
5.  Penyebaran leukosit rata

Darah merupakan alat transpor masal jarak jauh yang mengangkut berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah juga merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Sherwood, 2011).
Pada umumnya komponen darah dapat dibagi lagi  menjadi bagian-bagian yang spesifik, terutama untuk sel darah. Biasanya sel darah dibagi menjadi tiga, yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Sebenarnya leukosit masih dibagi lagi berdasarkan pada ada atau tidak adanya granula di dalam sitoplasma, yaitu leukosit granulosit dan leukosit agranulosit. Jenis-jenis leukosit granulosit adalah neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan jenis leukosit agranulosit adalah monosit dan limfosit (Eroschenko, 2010).
Sumber Eroschenko, 2010.
 

1.      Limfosit merupakan leukosit yang berukuran paling kecil, biasanya memiliki nukleus yang berukuran bulat yang menempati sebagian besar sel.
2.      Monosit berukuran lebih besar daripada limfosit dan memilik nukleus berbentuk oval seperti ginjal.
Trombosit atau platelet merupakan unsur bentukan darah yang paling kecil dan tidak berinti serta ditemukan di dalam darah semua mamalia. Trombosit memiliki diameter sekitar 2-4 mm yang dilepaskan dari tepi luar sel sumsum tulang yang sangat besar yang dikenal sebagai megakariosit (berdiameter hingga 60 mm). Biasanya satu megakarosit memproduksi sekitar 1000 trombosit. Trombosit berfungsi memantau secara terus menerus sistem vaskular dan mendeteksi setiap kerusakan di lapisan endotel pembuluh darah (Eroschenko, 2010; Sherwood, 2011).

C. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal      : Senin, 28 April 2014
Pukul                 : 14: 00 s/d selesai
Tempat               : Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran
                             Universitas Cenderawasih Jayapura




D. Alat dan Bahan





Text Box: ALAT
1. Mikroskop Binokuler CX 21
2. Pipet tetes
3. Kapas
4. Tissue basah
5. Tissue kering
6. Lancet/penusuk jari
7. Slide deck glass
8. Rak pengering
9. Tempat sampah
10. Camera digital
Text Box: BAHAN
1. Minyak immersi
2. Larutan giemsa
3. Aquades
4. Methanol absolute
5. Alkohol 70 %

 








E.  CARA KERJA
1.      Siapkan mikroskop binokuler CX 21 dan terpasang dengan baik
2.      Bersihkan slide dan keringkan dari minyak atau kotoran lainnya yang menempel
3.      Basahi kapas dengan alkohol 70 % dan usap ujung jari yang akan di tusuk sampai kering (biasanya jari manis).
4.      Perhatikan lancet yang akan digunakan, jangan sampai sudah terpakai
5.      Tusuk dengan baik pada jari dan letakan tiga tetes darah pada slide
6.      Gunakan slide lainnya untuk meratakan darah pada slide pertama
7.      Celupkan slide pada menthol apsolute selama 3 menit
8.      Angkat slide dan keringkan dulu, kemudian celupkan lagi pada larutan Giemsa 20 % dan kemudian tunggu selama 10 menit
9.      Bilas dengan air hingga sisa larutan Giemsa yang menetes habis
10.   Amatilah hasilnya menggunakan mikroskop binokuler CX 21 dengan perbesaran 100  kali dengan minyak immersi
11.   Catat dan gambar objek yang di amati
F.  HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
FOTO
KETERANGAN
20131125_154406.jpg
       (Eosinofil)     (Eritrosit)

Perbesaran 100 kali, terlihat sel eritrosit atau sel darah merah secara tampak normal namun ada beberapa yang merupakan darah hipokrom dan juga terdapat leukosit yaitu basofil dan eosinofil.
GAMBAR


·      Ciri-ciri Eritrosit :
ü Bentuk sel bulat atau bikonkaf (bagian tepi tebal dari pada bagian tengah), tidak berinti sel.
ü  Berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
ü Dibentuk di sumsum tulang (di dalam tulang pipih) dan hati, berumur lebih kurang 120 hari. Bila eritrosit sudah tua atau rusak, akan dirombak di dalam limfia. Hemoglobin akan dibawa ke hari dan dibuat menjadi zat empedu (bilirubin). Zat besi dari hemoglobinini akan digunakan untuk memproduksi sel darah merah baru.
ü Jumlah eritrosit dalam darah kurang lebih 5 juta sel/mm3 darah.

·      Proses pembentukan Eritrosit
Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang.
Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun.
Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.
Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.(Widayanti 2008)

·      Fungsi sel darah merah (Eritrosit) :
ü Mengedarkan O ke seluruh tubuh.
ü Untuk penentuan golongan darah.
ü Berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya.
ü Berfungsi juga untk melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasikan, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darahsupaya darah menuju ke daera h tubuh yang kekurangan oksigen

v Berikut adalah komposisi darah
(LEUKOSIT (NEUTROFIL, BASOFIL, EOSINOFIL)
o   Leukosit
Ciri-ciri sel darah putih (leukosit) :
a.    Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis) penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.
b.    Jumlah leukosit sangat sedikit dibandingkan dengan eritrosit (dalam setiap mm 3 darah hanya 6000-9000).
·      Jika jumlah <6000 seseorang akan menderita leukopenia.
·      Jika jumlah >9000 seseorang akan menderita leukositas.
·      Jika jumlah berlebih hingga 20.000 orang tersebut akan menderita leukemia (kanker darah).
c.    Bentuknya bervariasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
d.    Geraknya seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
e.    Plasma leukosit mengandung butiran-butiran (granula).

v Pengelompokan Leukosit
a.    Leukosit Granulosit (leukosit bergranula)
·      Neutrofil : plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan jaringan mati.
·      Eosinofil : plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua bila ditetesi eosin, bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
·      Basofil : plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi, bersifat fagosit, mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.
b.      Leukosit Agranulosit (leukosit tidak bergranula)
·      Limfosit : tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil, berfungsi untuk membantu antibodi.
·      Monosit : dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang, diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.(Widayanti,2008)

v Proses Pembentukan Sel darah Putih
Leokosit (sel darah putih ) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi, sebaggai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler/diapedesis.
Di dalam tubuh leokosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan, mereka bekerja secara indenpenden seperti organisme sel tunggal. Leokosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, malainkan mereka ada;lah produksel puncak hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang.
v Fungsi Sel Darah Putih
Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap kuman kuman penyakit yang menyerang tubuh dengan cara memakan kuman kuman penyakit (fagosit). Leikkosit memiliki cirri cirri yaitu : tak berwarna, berinti, bentuk tidak tetap  serta mempunyai uukuran lebih besar dari sel darah merah. Berdasarkan bentuknya leukosit terbagi 4 yaitu :
1.  Neutrofil berfungsi sebagai fagositosis serta memiliki bintik kebiruan
2.  Eosinofil mempunyai bintik berwarna merah
3.  Basofil mempunyai granula berwarna biru
4.  Monosit memiliki inti sel yang besar serta berbentuk bulat atau bulat panjang
5.  Limfosit memiliiki inti hamper bundar.

c.      TROMBOSIT (KEPING DARAH)
v Ciri-ciri keping darah (Trombosit)
·      sering disebut sel darah pembeku karena fungsinya dalam proses pembekuan darah.
·      Berukuran lebih kecil daripada eritrosit maupun leukosit dan tidak berinti.
·      Dalam setiap mm3 terdapat 200.000 – 400.000 trombosit.
·      Dibentuk pada sel megakariosit sumsum tulang.
·      Mempunyai waktu hidup sekita 8 hari.
v  Proses Pembentukan Trombosit
Jika terjadi luka, darah keluar sehingga darah berhubungan dengan udara. Trombosit yang keluar bersama darah akan pecah karena bergesekan dengan luka dan mengeluarkan trombokinasi atau tromboplastin.
v  Fungsi Trombosit
Untuk pembekuan darah, pembekuan darah ini terjadi jika pada saluran darah terjadi sobek atau luka sehingga darah berhenti mengalir keluar dari saluran darah.(WHO,dalam zarianis,2006)







Kelainan Eritrosit
Normosit
Makrosit
Target Cell
Hipokrom
Mikrosit
Anisositosis
Hiperkormia
Anisokromasia
Eliptosit
Sferosit
Polikromasia
Basophilic Stipping
Schistocyte
Teardrop Cell
Kristal
Heinz Bodies
Blister Cells
Acantocyte
Howell Jouy
Pappenheimer
Sickle Cell
Stomatocyte
Cabot Ring
Rouleaux


Secara umum menurut Lestari (2008) kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi:
a.         Kelainan berdasarkan ukuran eritrosit.Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 mm (normosit).
Ø  Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 mm terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B12atau asam folat. Penyebab lainnya adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia pasca pendarahan.
Ø  Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 mm. Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsur hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi.
Ø  Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
Ø  Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong. Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
Ø  Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membrane eritrosit.

Ø  Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada transplantasi ginjal.
Ø  Teardrop cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
Ø  Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
Ø  Acantocyte / Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
Ø  Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
Ø  Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
Ø  Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit hati. Kelainan berdasarkan warna eritrosit


G. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat di lihat gambaran tentang apusan darah tepi, dalam sekali lapang pandang terdapat 3 jenis sel darah eritrosit dan leukosit, trombosit. Leukosit dikelompokan menjadi 2 yaitu, Leukosit Granulosit (leukosit bergranula) dan Leukosit Agranulosit (leukosit tidak bergranula). Trombosit tak terlihat di karenakan  trombosit tak berwarna. Dalam pengamatan tersebut juga terlihat morfologi dari sel sel darah tersebut.

H. SARAN
Berdasarkan materi dan pembahasan saya, maka saya memberi saran bahwa untuk melakukan penelitian terhadap MORFOLOGI SEL DARAH TEPI haruslah kita benar-benar memahami cara pengerjaannya dengan baik agar hasilnya baik pula.























DAFTAR PUSTAKA
Bachyar,dkk. 2002. Penilaian Status Gizi.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Costill, et al. 1998.Physiology of Sport and Exercise. Human Kinetics. Champaign
Guyton. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta
Kosasih, EN. 1984.Penentuan Praktek Hematologi. AlumniBandung. Bandung.
Widayanti, Sri. 2008.  “Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT.Salam Pacific Indonesia Lines Di Belawan Tahun 2007.” Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan
Zarianis. 2006. “Efek Suplementasi Besi-Vitamin C dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak”. TesisProgram MagisterGizi Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15967/1/Zarianis.pdf. Diakses pada tanggal 3 Maret 2012
Dariska, V., 2008. Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasi       Leukosi          pada Anjing Kampung (Canis familiaris) umur 3 sampai 7 bulan.           Skripsi: Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian      Bogor.
Effendi, Z., 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam             Tubuh. Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas        Sumatera Utara.
Kristiana, H., 2008. Gambaran Darah Mencit (Mus Musculus Albinus) yang Diberi Salep Ekstrak Etanol dan Fraksi Hexan     Rimpang Kunyit (Curcuma Longa Linn.) pada Proses Persembuhan Luka. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran          Hewan Institut Pertanian Bogor.
Wardhany, I, I., dan Pradono, S, A., 2006. Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokterean Gigi,             Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar