PENGAMATAN MORFOLOGI SEL DARAH TEPI
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa
mampu membuat apusan sel darah tepi dengan baik dan benar
2. Mengetahui
jenis-jenis leokosit dan eritrosit dalaam apusan darah
3. Mengetahui
perbedaan antara jenis sl darah yang di temukan
B. LANDASAN TEORI
Evaluasi
darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi dapat dilakukan
di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit,
mula-mula dengan perbesaran 100x kemudian dengan perbesaran 1000x dengan minyak
immersi, selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. (Widayanti 2008).
v CIRI-CIRI
APUSAN YANG BAIK
1. Pinggir
sediaan rata tidak berlubang-lubang
2. Sediaan
tidak melebar sampai pinggir objek glass
3. Bentuk
seperti morfologi SADT
4. Terdapat
bagian tebal dan tipis
5. Penyebaran
leukosit rata
Darah
merupakan alat transpor masal jarak jauh yang mengangkut berbagai bahan antara
sel dan lingkungan eksternal atau antara sel-sel itu sendiri. Darah juga
merupakan jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma darah dan
sel darah. Sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Sherwood, 2011).
Pada
umumnya komponen darah dapat dibagi lagi
menjadi bagian-bagian yang spesifik, terutama untuk sel darah. Biasanya
sel darah dibagi menjadi tiga, yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Sebenarnya
leukosit masih dibagi lagi berdasarkan pada ada atau tidak adanya granula di
dalam sitoplasma, yaitu leukosit granulosit dan leukosit agranulosit.
Jenis-jenis leukosit granulosit adalah neutrofil, eosinofil dan basofil
sedangkan jenis leukosit agranulosit adalah monosit dan limfosit (Eroschenko, 2010).
|
1.
Limfosit merupakan leukosit yang berukuran
paling kecil, biasanya memiliki nukleus yang berukuran bulat yang menempati
sebagian besar sel.
2.
Monosit berukuran lebih besar daripada
limfosit dan memilik nukleus berbentuk oval seperti ginjal.
Trombosit
atau platelet merupakan unsur bentukan darah yang paling kecil dan tidak
berinti serta ditemukan di dalam darah semua mamalia. Trombosit memiliki
diameter sekitar 2-4 mm
yang dilepaskan dari tepi luar sel sumsum tulang yang sangat besar yang dikenal
sebagai megakariosit (berdiameter hingga 60 mm).
Biasanya satu megakarosit memproduksi sekitar 1000 trombosit. Trombosit
berfungsi memantau secara terus menerus sistem vaskular dan mendeteksi setiap
kerusakan di lapisan endotel pembuluh darah (Eroschenko,
2010; Sherwood, 2011).
C. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Senin,
28 April 2014
Pukul : 14: 00 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Biologi Fakultas Kedokteran
Universitas Cenderawasih Jayapura
D. Alat dan Bahan
E. CARA KERJA
1. Siapkan
mikroskop binokuler CX 21 dan terpasang dengan baik
2. Bersihkan
slide dan keringkan dari minyak atau kotoran lainnya yang menempel
3. Basahi
kapas dengan alkohol 70 % dan usap ujung jari yang akan di tusuk sampai kering
(biasanya jari manis).
4. Perhatikan
lancet yang akan digunakan, jangan sampai sudah terpakai
5. Tusuk
dengan baik pada jari dan letakan tiga tetes darah pada slide
6. Gunakan
slide lainnya untuk meratakan darah pada slide pertama
7. Celupkan
slide pada menthol apsolute selama 3 menit
8. Angkat
slide dan keringkan dulu, kemudian celupkan lagi pada larutan Giemsa 20 % dan
kemudian tunggu selama 10 menit
9. Bilas
dengan air hingga sisa larutan Giemsa yang menetes habis
10. Amatilah
hasilnya menggunakan mikroskop binokuler CX 21 dengan perbesaran 100 kali dengan minyak immersi
11. Catat
dan gambar objek yang di amati
F. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
FOTO
|
KETERANGAN
|
(Eosinofil) (Eritrosit)
|
Perbesaran 100 kali, terlihat sel eritrosit atau sel darah
merah secara
tampak normal namun ada
beberapa yang merupakan darah hipokrom dan juga terdapat leukosit yaitu basofil
dan eosinofil.
|
GAMBAR
|
|
· Ciri-ciri
Eritrosit :
ü Bentuk
sel bulat atau bikonkaf (bagian tepi tebal dari pada bagian tengah), tidak
berinti sel.
ü Berwarna merah karena mengandung hemoglobin.
ü Dibentuk
di sumsum tulang (di dalam tulang pipih) dan hati, berumur lebih kurang 120
hari. Bila eritrosit sudah tua atau rusak, akan dirombak di dalam limfia.
Hemoglobin akan dibawa ke hari dan dibuat menjadi zat empedu (bilirubin). Zat
besi dari hemoglobinini akan digunakan untuk memproduksi sel darah merah baru.
ü Jumlah
eritrosit dalam darah kurang lebih 5 juta sel/mm3 darah.
· Proses
pembentukan Eritrosit
Eritrosit
(sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat
embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam
hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang.
Produksi
eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit
dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka
produktivitas sumsum tulang semakin turun.
Sel
pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat
di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit,
megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang
lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem
retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.
Globin
dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam
jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk
dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah
menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna
kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak
pada luka memar.(Widayanti 2008)
· Fungsi
sel darah merah (Eritrosit) :
ü Mengedarkan
O₂
ke seluruh tubuh.
ü Untuk
penentuan golongan darah.
ü Berperan
dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis
oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel
patogen, serta membunuhnya.
ü Berfungsi
juga untk melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasikan,
yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus
darahsupaya darah menuju ke daera h tubuh yang kekurangan oksigen
v Berikut
adalah komposisi darah
(LEUKOSIT
(NEUTROFIL, BASOFIL, EOSINOFIL)
o
Leukosit
Ciri-ciri sel darah putih
(leukosit) :
a. Berfungsi
mempertahankan tubuh dari serangan penyakit dengan cara memakan (fagositosis)
penyakit tersebut. Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit.
b. Jumlah
leukosit sangat sedikit dibandingkan dengan eritrosit (dalam setiap mm 3 darah
hanya 6000-9000).
· Jika
jumlah <6000 seseorang akan menderita leukopenia.
· Jika
jumlah >9000 seseorang akan menderita leukositas.
· Jika
jumlah berlebih hingga 20.000 orang tersebut akan menderita leukemia (kanker
darah).
c. Bentuknya
bervariasi dan mempunyai inti sel bulat ataupun cekung.
d. Geraknya
seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
e. Plasma
leukosit mengandung butiran-butiran (granula).
v Pengelompokan
Leukosit
a. Leukosit
Granulosit (leukosit bergranula)
· Neutrofil
: plasmanya bersifat netral, inti selnya seringkali berjumlah banyak dengan
bentuk bermacam-macam, bersifat fagositosis terhadap eritrosit, kuman dan
jaringan mati.
· Eosinofil
: plasmanya bersifat asam sehingga akan berwarna merah tua bila ditetesi eosin,
bersifat fagosit dan jumlahnya akan meningkat jika tubuh terkena infeksi.
· Basofil
: plasmanya bersifat basa sehingga akan berwarna biru jika ditetesi larutan
basa, jumlahnya bertambah banyak jika terjadi infeksi, bersifat fagosit,
mengandung heparin, yaitu zat kimia anti penggumpalan.
b. Leukosit
Agranulosit (leukosit tidak bergranula)
· Limfosit
: tidak dapat bergerak, berinti satu, ukuran ada yang besar dan ada yang kecil,
berfungsi untuk membantu antibodi.
· Monosit
: dapat bergerak seperti Amoeba, mempunyai inti yang bulat atau bulat panjang,
diproduksi pada jaringan limfa dan bersifat fagosit.(Widayanti,2008)
v Proses
Pembentukan Sel darah Putih
Leokosit
(sel darah putih ) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih
ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi, sebaggai
bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki
inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding
kapiler/diapedesis.
Di
dalam tubuh leokosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan,
mereka bekerja secara indenpenden seperti organisme sel tunggal. Leokosit tidak
bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, malainkan
mereka ada;lah produksel puncak hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum
tulang.
v Fungsi Sel Darah Putih
Leukosit berfungsi
untuk melindungi tubuh terhadap kuman kuman penyakit yang menyerang tubuh
dengan cara memakan kuman kuman penyakit (fagosit). Leikkosit memiliki cirri
cirri yaitu : tak berwarna, berinti, bentuk tidak tetap serta mempunyai uukuran lebih besar dari sel
darah merah. Berdasarkan bentuknya leukosit terbagi 4 yaitu :
1. Neutrofil
berfungsi sebagai fagositosis serta memiliki bintik kebiruan
2. Eosinofil
mempunyai bintik berwarna merah
3. Basofil
mempunyai granula berwarna biru
4. Monosit
memiliki inti sel yang besar serta berbentuk bulat atau bulat panjang
5. Limfosit
memiliiki inti hamper bundar.
c. TROMBOSIT
(KEPING DARAH)
v Ciri-ciri
keping darah (Trombosit)
· sering
disebut sel darah pembeku karena fungsinya dalam proses pembekuan darah.
· Berukuran
lebih kecil daripada eritrosit maupun leukosit dan tidak berinti.
· Dalam
setiap mm3 terdapat 200.000 – 400.000 trombosit.
· Dibentuk
pada sel megakariosit sumsum tulang.
· Mempunyai
waktu hidup sekita 8 hari.
v
Proses
Pembentukan Trombosit
Jika terjadi luka, darah
keluar sehingga darah berhubungan dengan udara. Trombosit yang keluar bersama
darah akan pecah karena bergesekan dengan luka dan mengeluarkan trombokinasi
atau tromboplastin.
v
Fungsi
Trombosit
Untuk
pembekuan darah, pembekuan darah ini terjadi jika pada saluran darah terjadi
sobek atau luka sehingga darah berhenti mengalir keluar dari saluran darah.(WHO,dalam zarianis,2006)
Kelainan Eritrosit
|
|||
Normosit
|
Makrosit
|
Target Cell
|
Hipokrom
|
Mikrosit
|
Anisositosis
|
Hiperkormia
|
Anisokromasia
|
Eliptosit
|
Sferosit
|
Polikromasia
|
Basophilic
Stipping
|
Schistocyte
|
Teardrop
Cell
|
Kristal
|
Heinz
Bodies
|
Blister
Cells
|
Acantocyte
|
Howell
Jouy
|
Pappenheimer
|
Sickle
Cell
|
Stomatocyte
|
Cabot
Ring
|
Rouleaux
|
Secara umum
menurut Lestari (2008) kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi:
a.
Kelainan
berdasarkan ukuran eritrosit.Ukuran normal eritrosit antara 6,2 – 8,2 mm (normosit).
Ø
Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 mm terjadi karena pematangan inti
eritrosit terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B12atau asam folat. Penyebab lainnya
adalahkarena rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa
hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel
ini didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada keadaan dengan
retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia pasca pendarahan.
Ø
Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 mm. Terjadinya karena menurunnya
sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi, defeksintesa globulin, atau
kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsur hem dalam molekul hemoglobin. Sel
ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia
defisiensi besi.
Ø
Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang
spesifik, keadaan ini ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak
sama besar dalam sediaan apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini
didapatkan pada anemia mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti
pada anemia gizi.
Ø
Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong. Evalosit memiliki sel dengan
sumbu panjang kurang dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan
kemungkinan bahwa pasien menderita kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi
sitoskelekton eritrosit misalnya ovalositosis herediter.
Ø Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan
sel yang telah kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari
sitoskelekton dan membrane eritrosit.
Ø Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak
teratur, berwarna lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco
reaksi penolakan pada transplantasi
ginjal.
Ø
Teardrop
cells (dacroytes)
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum
tulang atau diseritropoesis berat dan juga dibeberapa anemia hemolitik, anemia
megaloblastik, thalasemia mayor, myelofibrosi idiopati karena metastatis
karsinoma atau infiltrasi myelofibrosis sumsum tulang lainnya.
Ø
Blister
cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola
yang mudah pecah, bila pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan
fragmentosit. Terjadi pada anemia hemolitik mikroangiopati.
Ø
Acantocyte
/ Burr cells
Eritrosit mempunyai tonjolan satu atau lebih pada membrane dinding
sel kaku. Terdapat duri-duri di permukaan membrane yang ukurannya bervariasi
dan menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi
pada sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis
pada neonatal.
Ø Sickle cells (Drepanocytes)
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi,
sferositosis congenital, anemia sel sickle, anemia hemolitik.
Ø Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor
seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis alkoholik, defisiensi
glutsthione, sferosis herediter, nukleosis infeksiosa, keganasan, thallasemia.
Ø Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau
topi orang meksiko. Terjadi pada hemogfobinopati, anemia hemolitika, penyakit
hati. Kelainan berdasarkan warna
eritrosit
G. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan
dapat di lihat gambaran tentang apusan darah tepi, dalam sekali lapang pandang
terdapat 3 jenis sel darah eritrosit dan leukosit, trombosit. Leukosit
dikelompokan menjadi 2 yaitu, Leukosit Granulosit (leukosit bergranula) dan
Leukosit Agranulosit (leukosit tidak bergranula). Trombosit tak terlihat di
karenakan trombosit tak berwarna. Dalam
pengamatan tersebut juga terlihat morfologi dari sel sel darah tersebut.
H. SARAN
Berdasarkan materi
dan pembahasan saya, maka saya memberi saran bahwa untuk melakukan penelitian
terhadap MORFOLOGI SEL DARAH TEPI haruslah kita benar-benar memahami cara
pengerjaannya dengan baik agar hasilnya baik pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Bachyar,dkk.
2002. Penilaian Status Gizi.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Costill, et al. 1998.Physiology of Sport and Exercise.
Human Kinetics. Champaign
Guyton. 2007. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC.
Jakarta
Kosasih, EN. 1984.Penentuan Praktek Hematologi.
AlumniBandung. Bandung.
Widayanti,
Sri. 2008. “Analisis Kadar Hemoglobin Pada Anak Buah Kapal PT.Salam
Pacific Indonesia Lines Di Belawan Tahun 2007.” Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan
Zarianis.
2006. “Efek Suplementasi Besi-Vitamin C dan Vitamin C Terhadap Kadar Hemoglobin
Anak Sekolah Dasar Yang Anemia Di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak”.
TesisProgram MagisterGizi Masyarakat Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/15967/1/Zarianis.pdf. Diakses pada tanggal 3 Maret 2012
Dariska, V., 2008. Jumlah Sel Darah Putih dan Differensiasi Leukosi pada
Anjing Kampung (Canis familiaris) umur 3 sampai 7 bulan. Skripsi: Bogor. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Effendi, Z., 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti
Inflamasi Alergik Dalam Tubuh. Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Kristiana, H.,
2008. Gambaran Darah Mencit (Mus
Musculus Albinus) yang Diberi
Salep Ekstrak Etanol dan Fraksi Hexan Rimpang
Kunyit (Curcuma Longa Linn.)
pada Proses Persembuhan Luka. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Wardhany, I, I., dan Pradono, S, A., 2006. Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas
Kedokterean Gigi, Universitas
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar